Senin, 02 Juli 2012

Artikel Marta


Konsep “I” and “ME” dalam Realitas Politik



Di era globalisasi kini, politik adalah sesuatu yang sangat sensitif dalam realitas kehidupan bangsa dan negara. Di tengah situasi kondisi masyarakat Indonesia yang mengalami krisis kepercayaan terhadap para wakil rakyat yang tidak dapat merealisasikan semua janji dan visi serta misinya saat pemilu, pileg ataupun pilpres kepada masyarakat, sehingga masyarakat cenderung apatis dalam menyingkapi aktivitas politik saat ini, banyak politisi memanfaatkan hal tersebut untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan yang menjadi prioritas utama. Banyak strategi di jalankan untuk memenuhi kepentingannya tersebut secara individu ataupun kelompoknya.
Hal itu terlihat saat berlangsungnya pesta demokrasi (Pemilu) berlangsung. Dimana suara – suara rakyatlah yang dicari oleh para calon peserta pemilu, karena dalam sistem politik yang dianut Indonesia adalah demokrasi, dari rakyat, oleh rakyat,untuk rakyat. Kedaulatan dan suara tertinggi ada di tangan rakyat. Realitas politik pada masa Orde baru sampai reformasi sampai sekarang, partai – partai politik dan para calon penguasa berlomba untuk mencari simpati rakyat Indonesia. 
Masyarakat yang menjadi elemen utama dalam setiap event tersebut sebenarnya ingin turut aktif dalam menyuarakan haknya. Mereka berhak memilih siapa pemimpin yang menurutnya baik. Tetapi, rasa kecewa rakyat terhadap janji – janji palsu yang diutarakan para kandidat selalu tidak dapat terealisasikan dengan baik. Money Politik (Politik transaksional), politik pencitraan, black Champaighn dan lainnya adalah sebuah strategi yang dilakukan para politisi untuk mengambil simpati dan suara rakyat dengan cara yang tidak sehat, memiliki tujuan –tujuan politiknya dan lebih mengutamakan kepentingan pribadi. Sehingga, mengakibatkan Golput baik yang dilakukan oleh masyarakat yang tidak melek politik atau melek politik dan paham dengan politik dan dapat menggunakan pilihan rasional (rational choice) dalam setiap aktivitas politik, hal itu disebabkan masyarakat telah mengalami krisis kepercayaan terhadap para penguasa.


Konsep “I” and “ME”
Realitas politik modern yang terjadi di masyarakat dalam kondisi kekinian yang dikarenakan dampak globalisasi. Globalisasi menuntut individu dan masyarakat Indonesia seakan – akan bersifat apatis, karena masyarakat dituntut untuk melakukan semua aktivitasnya berorientasi pada kepentingan – kepentingan tertentu.
Fenomena – fenomena aktivitas politik saat ini sangat memprihatinkan. Melihat penjelasan diatas mengenai realitas politik yang dilakukan para politisi di Indonesia, hanya mementingkan tujuan – tujuan tertentu.
Realitas politik seperti itu, seharusnya masyarakat dan individu sebagai kontrol sosial atas kinerja para penguasa. Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, hendaknya masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi wajib melakukan koreksi terhadap setiap aktivitas politik. 
Konsep “I” and “ME” dalam teori Interaksionisme Simbolik yang dikemukakan George Herbert Mead, bahwa interaksi lebih ditekankan pada simbol – simbol yang ada disekelilingnya. I  adalah respon langsung individu terhadap individu yang lain, setelah terjadinya sebuah interaksi. Tidak dapat dikalkulasi, tidak dapat diprediksi, dan merupakan aspek kreatif diri. 0rang tidak tahu dengan baik tindakan yang akan dilakukan I : “baik dirinya maupun orang lain sama-sama tidak menegtahui apa reespon yang akan diberikan, dia bisa memberikan reespon yang tepat maupun yang keliru. Respon terhadap situasi yang dihadapi oleh pengalaman langsungnya sama sekali tidak pasti.” Kita tidak dapat sepenuhnya menyadari I.  (Ritzer, 2008)
Proses evolusi dalam sejarah di mana orang yang berada dalam masyarakat primitif lebih didominasi oleh ME. ME selalu berada di wilayah obyektif. Respon ME ketika didalam aksi dan reaksi terdapat suatu pertimbangan ataupun pemikiran, maka pada saat itu “I” berubah menjadi “Me”. Mead mengemukakan bahwa seseorang yang menjadi “Me”, maka dia bertindak berdasarkan pertimbangan terhadap norma-norma, generalized other, serta harapan-harapan orang lain. Konsep I and ME digunakan untuk melihat realitas politik. ME adalah pengabdosian orang lain pada umumnya. Orang sadar akan adanya ME, ME melibatkan tanggung jawab secara sadar. Melaui ME lah msayarakat dapat mendominasi individu. Mead, mendefinisikan gagasan kontrol sosial sebagai dominasi ekspresi ME atas ekspresi I. kontrol sosial didasarkan pada kritik diri. Kontrol sosial tersebut mengacu pada integrasi individu yang mengacu pada organisasi sosial. Yang semuanya itu dikontrol secara sosial. I and ME merupakan bagian dari seluruh proses sosial yang memungkinkan individu dan masyarakat berfungsi lebih efektif. .
Membaca Realitas Politik
Konsep I and ME adalah sebuah respon dari interaksi sosial. Konsep tersebut dapat digunakan untuk membaca realitas politik. Disaat individu melihat realitas politik yang tidak sehat atau yang mampu merugikan masyarakat, indvidu secara spontan melakukan sebuah kritik sosial. Meskipun respon baliknya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Individu disaat menjadi I melihat kondisi tersebut berada di wilayah subyek, dipenuhi dengan kreatifitas diri dan secara spontan.
ME lebih berada dalam wilayah obyektif. Me meletakkan dirinya berada dalam wilayah obyektif. Individu secara sadar melakukan sebuah respon terhadap realitas yang ada, tidak secra spontan dan lebih sadar. Individu disini meletakkan diriya sebagai organisasi sosial yaitu masyarakat.
Konsep I and ME sebagai kontrol sosial, dimana kritik sosial didasarkan pada perilaku yang melakukan interaksi, yang kemudian direspon.
Korupsi, mafia hukum, mafia pajak, politik pencitraan dan money poltik. Semua itu adalah interaksi para politisi yang seharusnya mendapatkan respon dari masyarakat yang memilki kewajiban sebagai agent of control. Masyarakat dapat meletakkan dirinya pada I atau pada ME untuk membaca realitas politik yang tidak sehat tersebut. Ada kalanya manusia sebagai makhluk sosial harus memposisikan dirinya pada I dan atas dasar masyarakat pada ME.
Demi sebuah terjadinya perubahan sosial yang merujuk pada kesejahteraan rakyat, maka rakyat harus melakukan sebuah respon positif demi kebaikan bersama. Agar masyarakat ataupun individu dapat berfungsi lebih baik sebagai kontrol sosial dan agen perubahan.
Akankah mayarakat sadar mengenai hal itu.

*Marta Nia Z, PI, V

Tidak ada komentar:

Posting Komentar