Konsep “I” and “ME” dalam Realitas Politik
Di era globalisasi kini, politik adalah sesuatu yang sangat sensitif
dalam realitas kehidupan bangsa dan negara. Di tengah situasi kondisi
masyarakat Indonesia yang mengalami krisis kepercayaan terhadap para wakil
rakyat yang tidak dapat merealisasikan semua janji dan visi serta misinya saat pemilu,
pileg ataupun pilpres kepada masyarakat, sehingga masyarakat cenderung apatis
dalam menyingkapi aktivitas politik saat ini, banyak politisi memanfaatkan hal
tersebut untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan yang menjadi prioritas
utama. Banyak strategi di jalankan untuk memenuhi kepentingannya tersebut secara
individu ataupun kelompoknya.
Hal itu terlihat saat berlangsungnya pesta demokrasi (Pemilu)
berlangsung. Dimana suara – suara rakyatlah yang dicari oleh para calon peserta
pemilu, karena dalam sistem politik yang dianut Indonesia adalah demokrasi, dari
rakyat, oleh rakyat,untuk rakyat. Kedaulatan dan suara tertinggi ada di tangan
rakyat. Realitas politik pada masa Orde baru sampai reformasi sampai sekarang,
partai – partai politik dan para calon penguasa berlomba untuk mencari simpati
rakyat Indonesia.
Masyarakat yang menjadi elemen utama dalam setiap event tersebut
sebenarnya ingin turut aktif dalam menyuarakan haknya. Mereka berhak memilih
siapa pemimpin yang menurutnya baik. Tetapi, rasa kecewa rakyat terhadap janji
– janji palsu yang diutarakan para kandidat selalu tidak dapat terealisasikan
dengan baik. Money Politik (Politik transaksional), politik pencitraan, black
Champaighn dan lainnya adalah sebuah strategi yang dilakukan para politisi
untuk mengambil simpati dan suara rakyat dengan cara yang tidak sehat, memiliki
tujuan –tujuan politiknya dan lebih mengutamakan kepentingan pribadi. Sehingga,
mengakibatkan Golput baik yang dilakukan oleh masyarakat yang tidak melek
politik atau melek politik dan paham dengan politik dan dapat menggunakan pilihan
rasional (rational choice) dalam setiap aktivitas politik, hal itu
disebabkan masyarakat telah mengalami krisis kepercayaan terhadap para
penguasa.
Konsep “I”
and “ME”
Realitas politik modern yang terjadi di masyarakat dalam kondisi kekinian
yang dikarenakan dampak globalisasi. Globalisasi menuntut individu dan
masyarakat Indonesia
seakan – akan bersifat apatis, karena masyarakat dituntut untuk melakukan semua
aktivitasnya berorientasi pada kepentingan – kepentingan tertentu.
Fenomena – fenomena aktivitas politik saat ini sangat memprihatinkan.
Melihat penjelasan diatas mengenai realitas politik yang dilakukan para
politisi di Indonesia,
hanya mementingkan tujuan – tujuan tertentu.
Realitas politik seperti itu, seharusnya masyarakat dan individu sebagai
kontrol sosial atas kinerja para penguasa. Sebagai negara yang menganut sistem
demokrasi, hendaknya masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi wajib
melakukan koreksi terhadap setiap aktivitas politik.
Konsep “I” and “ME” dalam teori Interaksionisme Simbolik yang dikemukakan
George Herbert Mead, bahwa interaksi lebih ditekankan pada simbol – simbol yang
ada disekelilingnya. I adalah respon
langsung individu terhadap individu yang lain, setelah terjadinya sebuah
interaksi. Tidak dapat dikalkulasi, tidak dapat diprediksi, dan merupakan aspek
kreatif diri. 0rang tidak tahu dengan baik tindakan yang akan dilakukan I :
“baik dirinya maupun orang lain sama-sama tidak menegtahui apa reespon yang
akan diberikan, dia bisa memberikan reespon yang tepat maupun yang keliru.
Respon terhadap situasi yang dihadapi oleh pengalaman langsungnya sama sekali
tidak pasti.” Kita tidak dapat sepenuhnya menyadari I. (Ritzer, 2008)
Proses evolusi dalam sejarah di mana orang yang berada dalam masyarakat
primitif lebih didominasi oleh ME. ME selalu berada di wilayah obyektif. Respon
ME ketika didalam aksi dan reaksi terdapat suatu pertimbangan ataupun
pemikiran, maka pada saat itu “I” berubah menjadi “Me”. Mead mengemukakan bahwa
seseorang yang menjadi “Me”, maka dia bertindak berdasarkan pertimbangan
terhadap norma-norma, generalized other, serta harapan-harapan orang lain.
Konsep I and ME digunakan untuk melihat realitas politik. ME adalah
pengabdosian orang lain pada umumnya. Orang sadar akan adanya ME, ME
melibatkan tanggung jawab secara sadar. Melaui ME lah msayarakat dapat
mendominasi individu. Mead, mendefinisikan gagasan kontrol sosial sebagai
dominasi ekspresi ME atas ekspresi
I. kontrol sosial didasarkan pada
kritik diri. Kontrol sosial tersebut mengacu pada integrasi individu yang
mengacu pada organisasi sosial. Yang semuanya itu dikontrol secara sosial. I
and ME merupakan bagian dari seluruh proses sosial yang memungkinkan individu
dan masyarakat berfungsi lebih efektif. .
Membaca
Realitas Politik
Konsep I and ME adalah sebuah respon dari interaksi sosial. Konsep
tersebut dapat digunakan untuk membaca realitas politik. Disaat individu
melihat realitas politik yang tidak sehat atau yang mampu merugikan masyarakat,
indvidu secara spontan melakukan sebuah kritik sosial. Meskipun respon baliknya
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Individu disaat menjadi I melihat kondisi
tersebut berada di wilayah subyek, dipenuhi dengan kreatifitas diri dan secara
spontan.
ME lebih berada dalam wilayah obyektif. Me meletakkan dirinya berada
dalam wilayah obyektif. Individu secara sadar melakukan sebuah respon terhadap
realitas yang ada, tidak secra spontan dan lebih sadar. Individu disini
meletakkan diriya sebagai organisasi sosial yaitu masyarakat.
Konsep I and ME sebagai kontrol sosial, dimana kritik sosial didasarkan
pada perilaku yang melakukan interaksi, yang kemudian direspon.
Korupsi, mafia hukum, mafia pajak, politik pencitraan dan money poltik.
Semua itu adalah interaksi para politisi yang seharusnya mendapatkan respon dari
masyarakat yang memilki kewajiban sebagai agent of control. Masyarakat dapat
meletakkan dirinya pada I atau pada ME untuk membaca realitas politik yang
tidak sehat tersebut. Ada
kalanya manusia sebagai makhluk sosial harus memposisikan dirinya pada I dan atas
dasar masyarakat pada ME.
Demi sebuah terjadinya perubahan sosial yang merujuk pada kesejahteraan
rakyat, maka rakyat harus melakukan sebuah respon positif demi kebaikan
bersama. Agar masyarakat ataupun individu dapat berfungsi lebih baik sebagai kontrol
sosial dan agen perubahan.
Akankah mayarakat sadar mengenai hal itu.
*Marta Nia Z,
PI, V
Tidak ada komentar:
Posting Komentar